Salam damai sahabat
Indonesia negri mempesona.
Sahabat, adakah terlintas di benak kita bahwa sungguh indonesia merupakan negri mempesona. Betapa tidak, lebih dari empat ratus tahun yang lalu Indonesia menarik perhatian bangsa asing.
Kekayaan bangsa ini, diyakini atau tidak telah memperluas pesona Indonesia. Kekayaan yang tertanam dalam bumi dan yang merekah di pelupuk mata, Kekayaan alam. Kekayaan lainnya adalah manusia yang hidup di zaman itu memiliki kekuatan hebat secara fisik.
Terpesonalah bangsa lain itu dengan bekal kecerdasan tipu daya sehingga mampu mengumpulkan kekayaan terbesar milik kita untuk kemudian dipindahkan ke negri mereka.
Sungguh memilukan sejarah yang diperdengarkan dalam setiap materi pendidikan semasa di bangku sekolah, sekali lagi kita mendengar "dengan bangga" : 'anak-anak berapa tahun kita di jajah oleh Belanda?' lalu kita menjawab "dengan bangga" : '-+350 tahuuuuuun!'.
Berbekal pengalaman penjajahan selama lebih dari tiga setengah abad benar-benar menyisakan dampak, baik positif maupun negatif. Bagi kaum opportunis yang akan selalu ada sepanjang zaman dan selalu mengambil keuntungan bagi diri sendiri. Dampak warisan kolonial.
Lalu menginjaklah Indonesia ke zaman pasca kemerdekaan, dengan segala macam kepentingan manusia di dalamnya. Kehendak masing-masing seolah akan dipaksakan kepada pihak lain yang secara nyata berbeda. Kata 'menang' dan 'selalu harus menang' seolah tidak boleh tersingkir dari benak seorang manusia penikmat kemerdekaan di Indonesia.
Tidak pernah rasanya kondisi 'menang-menang' dikedepankan, sehingga seuntai kata 'damai' muncul di permukaan diatas riak-riak perbedaan. Sebagian manusia lain menanti dengan sedikit rasa lelah, sambil meratap 'akankah damai tercipta?' di bumi tercintaku ini.
Hal yang tidak bisa ditawar yaitu berlatih dan belajar untuk menyatakan pendapat, bersatu dalam perbedaan, tidak takut salah untuk mengungkapkan sesuatu, dan tidak menghujat kepada si empunya salah. Tidak perlu lagi ada pemasungan pendapat karena sang rezim telah menanggalkannya satu dekade yang lalu.
Sebagian pemuda harapan bangsa bercita-cita menindonesiakan Indonesia, dengan menyingkirkan tangan-tangan asing bergentayangan yang merobek-robek kedaulatan, menangkap pemerkosa penghasilan negara, memberi sebuah harapan untuk damainya negri dengan berdamai kepada sosok pribadi, kepada semua golongan, kepada manusia lain, kepada alam dan khususnya kepada Tuhan.
Indonesia negri mempesona.
Sahabat, adakah terlintas di benak kita bahwa sungguh indonesia merupakan negri mempesona. Betapa tidak, lebih dari empat ratus tahun yang lalu Indonesia menarik perhatian bangsa asing.
Kekayaan bangsa ini, diyakini atau tidak telah memperluas pesona Indonesia. Kekayaan yang tertanam dalam bumi dan yang merekah di pelupuk mata, Kekayaan alam. Kekayaan lainnya adalah manusia yang hidup di zaman itu memiliki kekuatan hebat secara fisik.
Terpesonalah bangsa lain itu dengan bekal kecerdasan tipu daya sehingga mampu mengumpulkan kekayaan terbesar milik kita untuk kemudian dipindahkan ke negri mereka.
Sungguh memilukan sejarah yang diperdengarkan dalam setiap materi pendidikan semasa di bangku sekolah, sekali lagi kita mendengar "dengan bangga" : 'anak-anak berapa tahun kita di jajah oleh Belanda?' lalu kita menjawab "dengan bangga" : '-+350 tahuuuuuun!'.
Berbekal pengalaman penjajahan selama lebih dari tiga setengah abad benar-benar menyisakan dampak, baik positif maupun negatif. Bagi kaum opportunis yang akan selalu ada sepanjang zaman dan selalu mengambil keuntungan bagi diri sendiri. Dampak warisan kolonial.
Lalu menginjaklah Indonesia ke zaman pasca kemerdekaan, dengan segala macam kepentingan manusia di dalamnya. Kehendak masing-masing seolah akan dipaksakan kepada pihak lain yang secara nyata berbeda. Kata 'menang' dan 'selalu harus menang' seolah tidak boleh tersingkir dari benak seorang manusia penikmat kemerdekaan di Indonesia.
Tidak pernah rasanya kondisi 'menang-menang' dikedepankan, sehingga seuntai kata 'damai' muncul di permukaan diatas riak-riak perbedaan. Sebagian manusia lain menanti dengan sedikit rasa lelah, sambil meratap 'akankah damai tercipta?' di bumi tercintaku ini.
Hal yang tidak bisa ditawar yaitu berlatih dan belajar untuk menyatakan pendapat, bersatu dalam perbedaan, tidak takut salah untuk mengungkapkan sesuatu, dan tidak menghujat kepada si empunya salah. Tidak perlu lagi ada pemasungan pendapat karena sang rezim telah menanggalkannya satu dekade yang lalu.
Sebagian pemuda harapan bangsa bercita-cita menindonesiakan Indonesia, dengan menyingkirkan tangan-tangan asing bergentayangan yang merobek-robek kedaulatan, menangkap pemerkosa penghasilan negara, memberi sebuah harapan untuk damainya negri dengan berdamai kepada sosok pribadi, kepada semua golongan, kepada manusia lain, kepada alam dan khususnya kepada Tuhan.
semangat terus untuk berjuang!
ReplyDelete